Senior Mirna

Senior Mirna
By : Delinmarch


[Bang El sendiri? Pas awal jumpa kenapa responnya tatapan benci]

El diseberang sana mengetik emot tertawa.

[Oh itu, abang kira Mirna itu orangnya badgirl gitu, makannya responnya buruk]
[Kan suuzhon]

Seorang senior yang dulunya pernah membenciku. Aku juga bingung awalnya, dari tatapan dan raut wajah ketika aku memperkenalkan diri. Namanya Farrel, lebih tua satu tahun dari Mirna.

 Siapa sangka dengan kebencian yang tidak jelas itu malah membuat 
mereka semakin akrab, bermula dari ekstrakurikuler pramuka menuju paskibraka. 

Farrel kerap sering disapa El oleh teman-teman lain, dengan alasan kasihan ada salah satu anak yang tidak bisa mengucapkan hurup “R”.

Gadis itu sendiri bernama Mirna J, adik kelas Farrel sekaligus juniornya. Mirna yang sering dikenal dengan sifat polosnya dan Anti-pacaran. Gadis itu mulai dekat dengan seniornya karena satu alasan dengan tujuan menanyakan info tentang paskibraka. 

Mirna si gadis polos bingung dengan tampilannya, sejak dulu penampilannya baik-baik saja. Tidak pernah orang mengatakan dirinya buruk, Farrel seniornya itu memang aneh.

Mirna selalu dimarahi teman-teman karena selalu memakai pakaian dengan 
warna tidak senada, juga saat ia memakai jelbab segi empat selalu tidak rapi. Apa hanya karena begini tampilan Mirna dan biasanya Mirna baik baik saja sebelum dikomen seniornya ini. Ternyata begini tanggapan laki-laki terhadap pakaiannya, padahal Mirna berusaha untuk tampil sederhana .

Sekarang, Mirna sama sekali tidak tahu akrab dengan Farrel sejak kapan. 
Membingungkan lagi ketika Farrel yang membencinya dulu malah mendukung dan membantu dirinya di paskibraka. Bisa dibilang, Mirna dianggap sebagai adik oleh Farrel karena dirinya tidak mempunyai adik. 

Farrel anak ketiga dari tiga bersaudara, anak pertama laki-laki dan yang kedua perempuan. Senior cueknya berubah menjadi seseorang yang luar biasa baik. Dengan kesempatan seperti ini, Mirna bisa meminjam buku bekas Farrel. 

Jadi gadis itu bisa meringankan beban orang tuanya juga. Nah, Farrel bukan tipe orang yang pemalas. Kacamata menjadi bukti bahwa ia orang yang pinter dan ambisi. 

Pernah suatu hari Mirna menanyakan tentang peringkat 
yang yang bisa digapai Farrel selama mengikuti paskib, namun Farrel mengalihkan topik. Mirna tidak puas mendapatkan jawaban,akhirnya ia bertanya kepada purna paskib lain.

“Bang, bang El peringkat berapa kemarin? Kan dia paskib tu? Gak sekolah selama 
sebulan?”tanya Mirna kepada Bang Said.

“Sayang dia, udah masuk kelas pandai, peringkat terakhir lagi.”ujar Bang Said.

Setelah mengetahui itu Mirna malah takut ikut paskib karena nilai. Mengejar PTN 
itu sangat susah, dan juga ia tidak rela harus turun peringkat sama seperti Farrel. Tapi Farrel selalu memberi semangat kepada Mirna, ia juga meyakinkan Mirna bahwa nilai disemester kedepan bisa ia tingkatkan. 

“Sayang Loh Mir kesempatan, uang dari paskib juga gak kecil.”kata Farrel.

“Tapi--" 

“Kalau Mirna kepilih terus Mirna gak mau, kasihan banget kesempatannya. Orang 
lain aja belum tentu lulus walaupun udah pakai orang dalam,”terang Farrel.

“Oke kalau gitu, infonya jangan lupa kabarin Mirna bang El.”pinta gadis itu

“Sip, jangan lupa juga”Farrel melipat tangannya didada sembari menunggu 
jaringan yang lelet di kepala juniornya.

“Apa?”tanya Mirna

“Uangnya jangan lupa dibagi,”canda Farrel.

 Gadis itu melihat dengan tatapan tidak 
rela dengan uangnya nanti harus dibagi. Mirna juga tahu Farrel suka bercanda dan 
selalu tidak serius dengan kondisi yang sekarang. 

Ketika Farrel lagi serius, jangan pernah main-main dengan dirinya. Latihan paskib 
berlangsung disitulah wajah Farrel berubah tidak seperti biasa, karena inilah 
pertempuran asli. Lari mengelilingi sekolah membuat Mirna kelelahan sehingga harus berhenti. 

Namun, suara seniornya ini mengetarkan jiwa dan suasana mengakibatkan 
Mirna harus menyelesaikan tugasnya lari 7 putaran.


*** 

Mendengar kabar yang seharusnya tidak kudengar, karena munculnya covid-19 
pengambat impian. Akhirnya tahun kami tidak bisa lagi ikut serta dalam paskibraka dan sekolah juga tidak membolehkan semua kelas 12 karena harus fokus dengan nilai. 


Bagaimana tidak sedih, angkatan Mirna berjuang mati-matian latihan selama 3 bulan lamanya. Setelah hampir setengah tahun daring dan tahun ajaran baru lagi, paskib di tahun kami dibatalkan sehingga yang diambil hanya siswa siswi baru. 

“Kepada seluruh anggota yang mengikuti paskibraka harap kedepan kantor 
segera,”pengumuman itu di umumkan. 

Apa mereka tidak memikirkan perasaan kami yang sudah latihan selama 3 bulan,akhirnya yang diambil bukan orang yang ikut latihan itu.

Turut berduka cita dengan angkatan 22, yang latihan berbulan-bulan siapa? Yang 
diambil ikut bertempur siapa?. Bayangkan saja, mereka hanya latihan selama seminggu sudah diambil mengibarkan bendera. Sedih memang rasanya, lebih sakit ini ketimbang diputusin seseorang.


 Berpositif thinking saja sekarang, ada yang lebih indah untuk 
besok maka semangat lah, perjuanganmu tidak sampai disini.

“Bang El, maaf ya. Tahun ini gak bisa dapatin uang itu dan nggak bisa bagi dua, 
mirna kasih 50.000 aja boleh? Sebagai ganti uang paskibraka dan udah bantuin Mirna selama ini.”kata Mirna

“Ulu uluh si polos, yang kemarin El Cuma bercanda kok. Makasih,”kata Farrel
sambil memperlihatkan deretan giginya.
Gadis itu teringat dengan pengumuman tadi juga disekolah, ia ingin sekali 
mempertanyakan yang tadi kepada Farrel.

 “Bang El, tadi yang seleksi anak paskib bang El ya?”tanya Mirna penasaran. Siapa lagi kalau bukan Farrel, tidak mungkin senior yang lain. 

“Bukan Abang,”jelas Farrel

“Trus siapa kalau bukan Abang?”tanya Mirna, gadis ini selalu tidak puas dengan 
jawaban Farrel yang tidak masuk akal.

“Ada, pelatih lain.”kata Farrel

Terlihat dari tegasnya perkataan Farrel, akhirnya Mirna mempercayai perkataan 
seniornya itu. Fine, ternyata jawaban itu adalah jawaban kebohongan. Jawaban yang bohong itu lebih sakit, Mirna mengetaui itu ketika kakak senior yang perempuan bertanya mengenai Farrel kepada Mirna.

 Mereka hanya tahu bahwa Mirna itu adiknya Farrel.

“Mirna, coba tanya sama Farrel besok dia seleksi orang lagi gak?”tanya Sari,kakak kelas Mirna.

“Hah?Bang El bilang yang seleksi itu pelatih lain kak,”jelas Mirna. Disitulah muncul info yang tidak enak ia dengar.

“Halah, jelas memang dia kok kemarin.”
Mirna, selalu mempercayai orang yang dimatanya selalu benar padahal aslinya 
menyimpan kebenaran. Ia lelah menjadi gadis yang polos. Akhirnya amanah dari kak Sari ia sampaikan kepada Farrel.

“Bohong kan, tinggal bilang jujur apa susahnya sih?”tanya Mirna dengan intonasi geram.

“Duh, Mir. Bukan gitu,”Farrel kembali cuek dengan sikapnya. 

Tanpa basa-basi lagi Mirna pergi meninggal kan Farrel menanyakan kepada Sari mengenai kebohongan yang disampaikan Farrel. 

“Jangan gitu Mir, niat El baik kok. Dia nggak mau Mirna kecewa karena kami 
seleksi orang baru, sayang kalian yang udah latihan 3 bulan. Gitu kata Farrel.”
Mirna sadar, tanpa ia sadari El sudah mendukungnya sejauh ini. Dirinya lah yang sangat jahat kepada senior itu. Ia tidak ingin Mirna mendengar pengumuman ini, ia takut orang yang pernah ia dukung kecewa. 

Padahal Mirna tahu ini takdir, wajar saja 
jika Farrel memilih orang baru. Ini bukan rezekinya, rezekinya ada dijalan lain. Mirna sangat berterima kasih sekali kepada seniornya ini, dengan bantuan Farrel yang selalu ada dan semangatin, membuat Mirna terus bangkit. 

Kehadiran Farrel sebagai senior dan 
abangnya mengajarkan banyak hal, jangan pesimis dan selalu optimis walaupun 
kenyataan itu pahit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Dad

Change My Self

To Allah